NasihatAlkitab - Sabda Tuhan Untuk Kehidupan Manusia. Dengarkan Nasihat Yang Terbaik Anda Dapatkan Dari Alkitab (fg95) Home; Wednesday, December 6, 2017. Ayat Alkitab Tentang Pernikahan Kristen dan Perceraian By MPG December 06, 2017 Ayat Kontekstual. TENTANG PERNIKAHAN KRISTEN. Matius 19: 5-6.
Oleh Paul Budi Kleden, SVDTinggal di Roma, ItaliaRERUNTUHAN sebuah bangunan di sebuah kampung di wilayah Krangka, Brong Afaho, Ghana bagian tengah, menjadi tempat yang sering dikunjungi penduduk asli. Tempatnya agak jauh dari wilayah pemukiman warga. Yang terlihat di reruntuhan itu adalah fondasi bangunan, di beberapa tempat masih ada dinding tembok setinggi kurang dari satu meter. Pada bagian depan dari rerutuhan itu dapat dibaca alasan kenapa reruntuhan itu dikunjungi penduduk asli. Itu adalah bekas tempat penampungan para leluhur mereka yang ditangkap dari wilayah utara dan tengah Ghana, sebelum mereka dibawa ke Cape Cost, pelabuhan di Afrika Barat yang memberangkatkan kapal membawa para budak Afrika untuk dijual di Eropa dan Amerika. Perbudakan memang merupakan sejarah kelam Afrika. Sudah sejak zaman Romawi para budak dari Afrika menjadi obyek perdagangan yang luas di Eropa. Mereka digunakan untuk macam-macam pekerjaan dan kesenangan. "Peradaban" Eropa dibangun di atas punggung ketidakberadaban perlakuan terhadap para budak. Sejarah perbudakan tidak hanya mencatat penjualan manusia dari Afrika ke Eropa dan Amerika. Juga kebudayaan-kebudayaan Asia dan di Afrika sendiri dikenal perbudakan. Para tawanan perang dijadikan budak yang dipekerjakan sendiri atau dijual kepada pihak lain. Setelah rute pelayaran dari Eropa ke Amerika Selatan dirintis oleh Columbus, pasar perdagangan para budak di Eropa pun mulai diramaikan dengan kehadiran para budak dari Amerika Selatan. Kuatnya perbudakan di Eropa dan Amerika turut disebabkan oleh sikap gereja terhadap perbudakan. Kitab Suci tidak menyatakan larangan terhadap perbudakan. Tradisi Yahudi mengenal pembebasan para budak setelah memiliki mereka selama beberapa tahun. Perjanjian Baru melihat relasi kepatuhan para budak terhadap tuannya sebagai model kepatuhan yang mesti dimiliki orang-orang beriman terhadap Tuhan mereka. Ada pujian bagi tuan yang membebaskan budaknya dan anjuran untuk memperlakukan budak yang dibebaskan sebagai tidak dikatakan secara tegas kewajiban moral untuk tidak melakukan perbudakan. Para teolog seperti Santo Agustinus dan Santo Thomas dari Aquinas tidak menolak perbudakan, hanya menyarankan perlakuan yang baik terhadap mereka. Yang ditentang adalah perbudakan terhadap orang-orang yang sudah dibaptis menjadi Kristen. Sejalan dengan itu, para paus umumnya mempunyai sikap mendukung perbudakan. Pada tahun 1452 Paus Nikolaus V memberikan restu kepada raja Portugal untuk memperbudak seumur hidup orang-orang di wilayah jajahan mereka, yang waktu itu menguasai Afrika. Restu yang sama kemudian diberikan Paus Aleksander VI pada tahun 1493 kepada raja Spanyol. Yang dilarang adalah penjualan budak Kristen kepada orang-orang bukan Kristen. Sampai abad ke-16, memang selalu ada suara kristis terhadap perbudakan, namun tidak cukup kuat. Perlawanan menjadi semakin kuat dengan kelahiran humanisme di Eropa. Serangan terhadap Portugal dan Spanyol menjadi semakin keras. Di Amerika para misionaris, seperti Las Casas, sering terlibat konflik dengan para penguasa karena masalah perbudakan. Kongres Wina pada tahun 1815 membuat kecaman dan menuntut pembatasan perbudakan. Sejak itu, suara dari pimpinan tertinggi Gereja Katolik pun semakin sering terdengar menuntut perubahan sikap terhadap perbudakan. Pada tahun 1839 Paus Gregorius XVI mengeluarkan pernyataan mengecam perbudakan sebagai perdagangan yang sangat tidak manusiawi. Konsili Vatikan II dalam konstitusi Pastoral Gaudium et Spes menyebut perbudakan sebagai kriminalitas yang melawan keluhuran martabat manusia dan menghina Tuhan, sang pencipta. Dewasa ini, kendati secara formal dan legal perbudakan sudah dihapuskan, namun praktik perbudakan masih terjadi. Bentuk aktual dari perbudakan adalah perdagangan orang human trafficking. Menurut Protokol PBB tahun 2000 tentang perdagangan manusia, yang dimaksudkan dengan perdagangan manusia adalah rektrutment, transport, pemberangkatan dan penerimaan orang-orang secara paksa atau dengan tipu daya untuk dieksploitasi, baik untuk sebagai pekerja seks, untuk berbagai macam kerja paksa atau untuk pengambilan organ tubuh tertentu. Berdasarkan catatan yang disampaikan Caritas Internationalis, dewasa ini di seluruh dunia sekitar 35, 6 juta manusia menjadi korban perdagangan manusia. Dan, kejahatan ini adalah jenis perdagangan ilegal terbesar ketiga setelah perdagangan senjata dan narkoba. Seperti halnya perdagangan senjata dan narkoba, perdagangan manusia pun melibatkan jaringan yang sangat kuat dan luas. Sebab itu, untuk melawan jaringan ini diperlukan kerja sama yang kuat dan luas. Salah satu usaha untuk menggalang kerja sama yang kuat dan luas itu adalah tekad bersama para pemuka agama sedunia untuk melawan perbudakan modern. Kesepakatan ini ditandatangani pada tanggal 2 Desember 2014, pada hari yang diperingati sebagai Hari Kenangan Penghapusan Perbudakan. Pernyataan yang ditandatangani antara lain oleh Paus Fransiskus, wakil dari Mohamed Ahmed El-Tayeb, imam besar masjid Al-Azhar, Justin Welby, Uskup Agung Canterbury, dan Mata Amritanandamayi Amma, tokoh Hindu dari India, mengecam perdagangan manusia untuk prostitusi, kerja paksa dan penjualan organ sebagai kriminalitas melawan kemanusiaan. Sebab itu, kedua belas pemuka dari berbagai agama dunia tersebut menuntut agar selambat-lambatnya sampai pada tahun 2020 perdagangan manusia sudah tidak lagi dipraktikkan. Langkah-langkah seperti menuntut pemerintah negara-negara untuk merumuskan hukum yang melarang perdagangan manusia dan menghukum para pelaku dan jaringannya, bantuan bagi para korban perdagangan manusia serta mendukung usah untuk menciptakan perekonomian yang berkeadilan akan mereka ambil atau saja melawan perdagangan manusia dewasa ini tidak lebih mudah daripada usaha menghapus praktik perbudakan pada zaman dulu. Karena, dulu, perdagangan manusia adalah kegiatan yang dilakukan secara terbuka, sebab dilindungi oleh peraturan perundangan. Objek yang dilawan waktu itu terlihat jelas bagi semua. Dewasa ini, perdagangan manusia harus dilakukan secara tersembunyi karena secara legal kegiatan ini dilarang. Paus Fransiskus mengatakan, perdagangan manusia dewasa ini "terjadi di belakang pintu, di dalam rumah-rumah pribadi, di jalan, di mobil, di perusahaan-perusahaan, di lahan-lahan pertanian, di atas kapal-kapal penangkap ikan dan banyak tempat lain". Karena dilarang dan harus dilakukan secara tersembunyi, dia hanya bisa diteruskan kalau mendapat dukungan dari pihak-pihak yang kuat, baik secara modal, politis dan keamanan. Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, menegaskan, perlunya menyadarkan umat masing-masing agama tentang persoalan perdagangan manusia. Tentu saja, melawan perdagangan manusia tidak berarti melawan kebebasan manusia untuk berpindah tempat hidup dan kerja. Dorongan untuk mencari kehidupan yang lebih aman dan sejahtera umumnya menjadi dorongan bagi banyak orang untuk keluar dari wilayahnya. Kebebasan untuk itu harus dijamin. Yang menjadi soal adalah ketika orang dipaksa untuk keluar dari tanah leluhurnya, atau diperdayai dengan berbagai imingan. Akhir-akhir ini wilayah NTT mendapat sorotan karena masalah perdagangan manusia. NTT disebut sebagai salah satu sumber terbesar para korban kejahatan kemanusiaan ini. Jika ini benar, maka hal ini tidak mungkin berlangsung karena didukung oleh sejumlah pihak yang kuat. Laporan Brigadir Rudy Soik menunjuk ke arah itu. Namun, sangat boleh jadi bukan hanya sejumlah petinggi di Polda NTT menjadi pelindung aktivitas perdagangan manusia NTT. Dengan sangat beralasan dapat jadi bahwa jaringannya jauh lebih luas, bukan hanya di kepolisian tetapi juga instansi lain, bukan cuma di Kupang tetapi juga di Jakarta. Melawan praktik perdagangan manusia di NTT, sejatinya pada pemimpin agama berani mengambil langkah bersama, seperti yang dilakukan di Roma oleh Paus Fransiskus dan sejumlah pemimpin agama dunia. Mengangkat suara mengecam perdagangan manusia, mengunjungi para korban perdagangan manusia, mencari jalan penyadaran umat dan menggalakkan kampanye menentang perdagangan manusia adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan para pemuka agama di NTT. Tantangan yang dihadapi para pemuka agama ketika melibatkan diri dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan yang dialami para pemimpin agama pada zaman kolonialisme Portugal dan Spanyol. Kedekatan dengan penguasa dan para pedagang melumpuhkan daya pikir kritis dan meredam keberanian untuk mengambil sikap melawan. Namun, ketika persoalan semakin mendesak dan kesadaran umum kian meluas, kejelasan sikap dan ketegasan langkah konkret melawan perdagangan manusia akan menjadi salah satu elemen yang menentukan kredibilitas para pemuka agama di NTT. *Berikut16 Alkitab tentang berharganya manusia di mata Tuhan. Follow juga instagram @kuisalkitab Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. - Yohanes 3:16 Pandangan Alkitab Apakah Allah Menyetujui Perdagangan Budak? TUBUH-TUBUH hitam berkeringat terbungkuk-bungkuk meniti tangga kapal dengan susah payah sambil memanggul karung-karung kapas yang sangat berat. Mandor-mandor yang kejam, yang menggunakan cambuk kulit binatang, memaksa mereka bekerja. Anak-anak yang menjerit-jerit dirampas dari tangan-tangan para ibu yang menangis dan dijual ke penawar tertinggi di pelelangan. Umumnya, inilah gambaran yang menyedihkan dan brutal yang ada dalam benak orang-orang sewaktu memikirkan perbudakan. Ironisnya, konon banyak pedagang dan pemilik budak adalah orang-orang yang sangat religius. Sejarawan James Walvin menulis, ”Terdapat ratusan orang seperti itu, orang Eropa dan Amerika, yang memuji Tuhan atas berkat-berkat-Nya, mengucap syukur atas bisnis yang menguntungkan dan aman di Afrika seraya mereka mengarungi lautan dengan kapal-kapal budak mereka ke Benua Baru.” Bahkan, ada orang-orang yang menyatakan bahwa Allah menyetujui perdagangan budak. Misalnya, dalam sebuah pidato di Konferensi Paripurna Gereja Protestan Metodis pada tahun 1842, Alexander McCaine menyatakan bahwa praktek perbudakan ”ditetapkan oleh Allah Sendiri”. Apakah McCaine benar? Apakah Allah menyetujui penculikan dan pemerkosaan anak-anak perempuan, pengambilan secara paksa anggota-anggota keluarga tanpa belas kasihan, dan penderaan kejam yang merupakan hal yang lazim dalam perdagangan budak pada zaman McCaine? Dan, bagaimana dengan jutaan orang yang dipaksa untuk hidup dan bekerja sebagai budak di bawah keadaan yang brutal dewasa ini? Apakah Allah memperbolehkan perlakuan yang tak berperikemanusiaan demikian? Perbudakan dan Orang Israel Alkitab menyatakan bahwa ”manusia menguasai manusia sehingga ia celaka”. Pengkhotbah 89 Hal itu barangkali paling jelas tampak dalam bentuk perbudakan yang menindas yang dirancang manusia. Allah Yehuwa tidak menutup mata terhadap penderitaan akibat perbudakan ini. Misalnya, perhatikan sebuah situasi yang terjadi pada orang Israel. Alkitab mengatakan bahwa orang-orang Mesir ”terus membuat kehidupan orang Israel pahit dengan pekerjaan yang sangat berat, yaitu membuat adukan tanah liat dan batu-batu bata, dan dengan setiap bentuk pekerjaan yang berat di ladang, ya, dalam setiap bentuk pekerjaan yang berat, orang Israel digunakan sebagai budak seraya diperlakukan dengan lalim”. Orang-orang Israel ”terus berkeluh kesah oleh karena perbudakan dan berteriak mengeluh, dan seruan mereka minta tolong terus naik kepada Allah yang benar”. Apakah Yehuwa tidak memedulikan kesengsaraan mereka? Sebaliknya, ”Allah mendengar erangan mereka dan Allah mengingat perjanjiannya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub”. Selain itu, Yehuwa berkata kepada umat-Nya, ”Aku pasti akan membawa kamu keluar dari tekanan orang Mesir dan melepaskan kamu dari perbudakan mereka.”—Keluaran 114; 223, 24; 66-8. Jelaslah, Yehuwa tidak menyetujui ”manusia menguasai manusia” melalui perbudakan yang sewenang-wenang. Namun, bukankah Allah belakangan memperbolehkan perbudakan di kalangan umat-Nya? Ya, benar. Akan tetapi, perbudakan yang ada di Israel sangat jauh berbeda dengan bentuk perbudakan lalim yang telah terjadi sepanjang sejarah. Hukum Allah menyatakan bahwa orang yang melakukan penculikan dan penjualan manusia harus dihukum mati. Selain itu, Yehuwa menyediakan pedoman untuk melindungi budak. Misalnya, seorang budak yang sebuah anggota tubuhnya dirusak oleh majikannya akan diperbolehkan pergi dengan bebas. Jika seorang budak mati karena dipukuli majikannya, majikannya dapat dihukum mati. Tawanan wanita dapat dijadikan budak, atau istri. Namun, mereka tidak boleh digunakan sekadar sebagai pemuasan seksual. Intisari Hukum pastilah membuat orang-orang Israel yang berhati benar memperlakukan budak dengan respek dan kebaikan, seolah-olah mereka adalah pegawai upahan.—Keluaran 2010; 2112, 16, 26, 27; Imamat 2210, 11; Ulangan 2110-14. Ada orang-orang Yahudi zaman dahulu yang sengaja menjadi budak bagi sesama orang Yahudi untuk melunasi utang. Praktek ini melindungi orang-orang dari kelaparan dan sesungguhnya memungkinkan banyak orang untuk pulih dari kemiskinan. Selain itu, pada hari-hari penting tertentu di kalender Yahudi, budak-budak bisa bebas kalau mereka Keluaran 212; Imamat 2510; Ulangan 1512 Mengomentari hukum-hukum mengenai budak ini, cendekiawan Yahudi Moses Mielziner menyatakan bahwa seorang ”budak selalu diperlakukan sebagai manusia, ia dianggap sebagai seorang pribadi yang memiliki hak-hak asasi tertentu, yang tidak bisa diganggu-gugat bahkan oleh majikannya”. Betapa mencolok perbedaannya dengan sistem perbudakan sewenang-wenang yang menodai catatan sejarah! Perbudakan dan Orang Kristen Perbudakan merupakan bagian sistem ekonomi Imperium Romawi, pemerintahan yang berkuasa pada masa orang-orang Kristen abad pertama. Oleh karena itu, ada orang-orang Kristen yang menjadi budak, dan ada pula yang mempunyai budak. 1 Korintus 721, 22 Namun, apakah ini berarti bahwa murid-murid Yesus adalah para pemilik budak yang kejam? Sama sekali tidak! Tidak soal apa yang diperbolehkan undang-undang Romawi, kita dapat yakin bahwa orang-orang Kristen tidak menyiksa orang-orang yang berada di bawah wewenangnya. Rasul Paulus bahkan menganjurkan Filemon untuk memperlakukan budaknya, Onesimus, yang telah menjadi seorang Kristen, sebagai ”saudara”.b—Filemon 10-17. Alkitab tidak memberikan petunjuk bahwa perbudakan manusia oleh manusia lain merupakan bagian maksud-tujuan Allah yang semula bagi umat manusia. Selain itu, tidak ada nubuat Alkitab yang menyinggung tentang manusia memiliki manusia lain melalui perbudakan dalam dunia baru Allah. Sebaliknya, di Firdaus yang akan datang, orang-orang yang adil-benar ”akan duduk, masing-masing di bawah tanaman anggurnya dan di bawah pohon aranya, dan tidak akan ada orang yang membuat mereka gemetar”.—Mikha 44. Jelaslah, Alkitab tidak menyetujui perlakuan yang sewenang-wenang terhadap orang lain dalam bentuk apa pun. Sebaliknya, Alkitab menganjurkan respek dan persamaan derajat di antara manusia. Kisah 1034, 35 Alkitab menasihati manusia untuk memperlakukan orang lain dengan cara mereka ingin diperlakukan oleh orang lain. Lukas 631 Selain itu, Alkitab menganjurkan agar orang-orang Kristen dengan rendah hati memandang orang lain lebih tinggi, tidak soal status sosial mereka. Filipi 23 Prinsip-prinsip ini sama sekali bertentangan dengan bentuk perbudakan yang sewenang-wenang yang dipraktekkan oleh banyak bangsa, khususnya di abad-abad terakhir ini. [Catatan Kaki] a Fakta bahwa seorang budak boleh tetap bekerja pada majikannya jelas-jelas menunjukkan bahwa perbudakan orang Israel tidak sewenang-wenang. b Demikian pula, ada orang-orang Kristen dewasa ini yang menjadi majikan; yang lain menjadi karyawan. Sebagaimana seorang majikan Kristen tidak akan menganiaya orang-orang yang bekerja padanya, murid-murid Yesus pada abad pertama pastilah memperlakukan hamba-hambanya menurut prinsip-prinsip Kristen.—Matius 712.
Hai anak manusia, oleh karena Tirus berkata mengenai Yerusalem: Syukur! Sudah rusak pintu gerbang bangsa-bangsa itu; ia akan beralih kepadaku, sehingga aku menjadi penuh, tetapi ia menjadi reruntuhan. BIS "Hai manusia fana, penduduk Tirus telah bersorak-sorak sambil mengatakan, 'Yerusalem sudah hancur! Kekuatannya dalam perdagangan sudah hilang!
Ayat wacana 1 Petrus 118-19 ======================== “Sebab engkau tahu, bahwa ia telah ditebus berpunca prinsip hidupmu yang mansukh nan kamu warisi bermula nenek moyangmu itu enggak dengan barang yang fana, enggak pula dengan selaka maupun emas, melainkan dengan pembawaan yang mahal, yaitu pembawaan Kristus yang sama seperti talenta anak kambing arab yang lain bernoda dan tak bercacat.” Human trafficking maupun perbisnisan manusia merupakan ki kesulitan global yang masih cukup langka cak bagi diatasi. Data perangkaan perdagangan manusia cukup memprihatinkan. Kendati data sebenarnya sulit untuk diperoleh, namun diperkirakan setiap tahunnya sekitar – wanita dan momongan-anak asuh menjadi korbannya diseluruh dunia. Dari jumlah diatas, mangsa di Asia mencapai kuantitas terbanyak yakni sekitar 375 ribu, dimana diantaranya berpangkal dari Asia Tenggara. Indonesia merupakan penderma terbesar di Asia Tenggara. Tekanan ekonomi nan berkepanjangan, kesulitan semangat nan membuat banyak anak bini berantakan, rendahnya tingkat pendidikan sehingga mudah terbuai elus rayu dan tertipu menjadi alasan utama mengapa kasus perdagangan cucu adam banyak terjadi di Indonesia. Di sisi lain, tingginya permintaan di sejumlah negara, lazimnya aplikasi untuk dijadikan target seksual takhlik banyak makhluk jahat yang melihatnya sebagai sebuah kemungkinan usaha. Tidak heran begitu banyak wanita dan anak-momongan dibawah nyawa yang tertipu dengan iming-iming kerja di luar negeri, kemudian mengalami pelecehan seksual dan dijadikan budak seks. Ini plonco wicara soal pengelabuan. Di daerah tingkat kelahiran saya, selingkung periode 1998, suka-suka seorang ibu pemilik kedai minum yang rela menjual keperawanan anaknya nan masih dibawah umur. Sira “melelang” anaknya cak bagi ditawar sepanjang sepekan, ijab tertinggi akan mendapatkan keperawanan si anak. Risikonya seorang maskulin renta memenangkan usulan itu dengan “ganti rugi” cuma 1 juta rupiah. Alangkah keterlaluan. Ketika banyak ibu bapak nan rela menjual anaknya baik dengan iming-iming kerja di luar negeri maupun terang-terangan seperti mana si ibu pemilik warung diatas, saya jadi berpikir, berapa sih sebenarnya harga koteng sosok? apakah harga hamba allah itu hanya sesuatu yang nisbi dan dapat dinilai dengan segepok uang saja? Apa yang mendasari penetapan harga manusia? Rasanya keterlaluan ketika orang merasa berhak buat memperniagakan cucu adam, karena cucu adam bukan diciptakan oleh anak adam, tapi oleh Sang pencipta. Di indra penglihatan Tuhan, manusia n kepunyaan nilai sangat panjang. Ayat referensi tahun ini menggambarkan bahwa kita semua begitu berarti di mataNya. Kita enggak ditebus dengan barang fana, harta gana atau benda-benda nan sifatnya sementara, tapi makanya darah Kristus, yang enggak bernoda dan bercacat. Segala dosa kita dan Bukankah ini sesuatu yang luar biasa, bukti maujud bahwa kita lalu berharga di mata Tuhan? Kita semua dilukis pada telapak tanganNya, dan tunak cak semau internal ruang mataNya Yesaya 4916. Allah sejenis itu mengasihi kita, maka Dia mengorbankan anakNya nan tunggal bakal menanam kita Yohanes 316, merancang masa depan penuh harapan internal damai sejahtera untuk kita semua Yeremia 2911, dan menyediakan kita semua hingga berkelimpahan Matius 1312. Ini semua fakta bahwa kita bernilai lampau strata, sangat istimewa, adv amat penting di mata Tuhan. Sebab di dalam Dia dan makanya darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya Efesus 17. Kita memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan makanya pembawaan Kristus sendiri. Bukan hanya ditebus, tapi tambahan pula kita dibenarkan oleh darahNya,dan akibatnya kita diselamatkan berasal marah Allah. Roma 59. Inilah harga sosok di mata penciptanya. Tetapi orang yang tidak menghargai ciptaan Tuhan-lah yang tega menjual manusia. Karena kita semua telah dibayar lunas langsung dengan darah Kristus di atas kayu salib,kita bukan boleh kembali menjadi hamba sosok. 1 Korintus 620. Kita semua harus menjaga diri kita baik-baik, hidup mumbung kekudusan, tidak karena kita n kepunyaan sejumlah harga di mata sosok, tapi karena kita bukan main berjasa di mata Tuhan. Hargailah diri seorang dan sesama, karena kita semua sangat bernilai bakal Almalik, Pencipta kitaAlkitabsendiri mengomentari soal hal ini, lho. 1. Imamat 19:18 "Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN." Dari ayat ini, sudah sangat jelas kalau kita memang tidak sepantasnya melakukan pembalasan dendam.PERDAGANGAN MANUSIA HUMAN TRAFFICKINGOleh Ustadz Nurkholis Abu Riyal bin MursidiManusia adalah makhluk Allah Azza wa Jalla yang dimuliakan, sehingga anak Adam ini dibekali dengan sifat-sifat yang mendukung untuk itu, yaitu seperti akal untuk berfikir, kemampuan berbicara, bentuk rupa yang baik serta hak kepemilikan yang Allah Azza wa Jalla sediakan di dunia, yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya. Tatkala Islam memandang manusia sebagai pemilik, maka hukum asalnya ia tidak dapat dijadikan sebagai barang yang dapat dimiliki atau diperjual belikan. Hal ini berlaku jika manusia tersebut berstatus Human Trafficking Wallâhu a’lam, sejak kapan awal mulanya perdagangan manusia. Tapi sebenarnya hal itu terjadi semenjak adanya perbudakan, dan perbudakan telah terjadi pada umat terdahulu jauh sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam diutus. Diantara salah satu sebab suburnya perbudakan waktu itu adalah seringnya terjadi peperangan antar kabilah dan bangsa, di samping di sana terdapat faktor lain seperti perampokan, perampasan, penculikan, kemiskinan, ketidakmampuan dalam membayar hutang dan lain sebagainya, serta didukung pula dengan adanya pasar budak pada masa zaman Nabi Ibrâhîm Alaihissallam sudah terjadi perbudakan, hal ini ditunjukkan oleh kisah Sarah yang memberikan jariyahnya budak wanita yaitu Hajar kepada Nabi Ibrâhîm Alaihissallam untuk dinikahi[1]. Demikian pula pada zaman Ya’qûb Alaihissallam, orang merdeka di masa itu bisa menjadi budak dalam kasus pencurian, yaitu si pencuri diserahkan kepada orang yang ia ambil hartanya untuk dijadikan budak[2].Kemudian Islam datang mengatur perbudakan ini walaupun tidak mutlak melarangnya. Akan tetapi, hal itu dapat mengurangi perlahan-lahan. Untuk itu Islam menganjurkan untuk membebaskan budak-budak yang beragama Islam[3], bahkan salah satu bentuk pembayaran kafârah adalah dengan membebaskan budak ini kita dapati maraknya eksploitasi manusia untuk dijual atau biasa disebut dengan Human Trafficking, terutama pada wanita untuk perzinaan, dipekerjakan tanpa upah dan lainnya, ada juga pada bayi yang baru dilahirkan untuk tujuan adopsi yang tentunya ini semua tidak sesuai dengan syari’ah dan norma-norma yang berlaku urf. Kemudian bila kita tinjau ulang ternyata manusia-manusia tersebut berstatus hur merdeka.Pandangan Fikih Islam Tentang Perdagangan Manusia Merdeka Hukum dasar muâmalah perdagangan adalah mubâh kecuali yang diharamkan dengan nash atau disebabkan gharâr penipuan[4]. Dalam kasus perdagangan manusia, ada dua jenis yaitu manusia merdeka hur dan manusia budak abd atau amah. Dalam pembahasan ini akan kami sajikan dalil-dalil tentang hukum perdagangan manusia merdeka yang kami ambilkan dari al-Qur’ân dan Sunnah serta beberapa pandangan ahli Fikih dari berbagai madzhab tentang masalah Al-Qur’an Allah Azza wa Jalla berfirmanوَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًاDan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [Al Isra’/17 70]Sudut pandang pengambilan hukum dari ayat ini adalah; bahwa kemuliaan manusia yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada mereka yaitu dengan dikhususkannya beberapa nikmat yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain sebagai penghormatan bagi manusia. Kemudian dengan nikmat itu manusia mendapatkan taklîf tugas syari’ah seperti yang telah dijelaskan oleh mufassirîn dalam penafsiran ayat tersebut di atas[5]. Maka hal tersebut berkonsekwensi seseorang manusia tidak boleh direndahkan dengan cara disamakan dengan barang dagangan, semisal hewan atau yang lainnya yang dapat dijual-belikan. Imam al-Qurthûbi rahimahullah berkata mengenai tafsir ayat ini “….dan juga manusia dimuliakan disebabkan mereka mencari harta untuk dimiliki secara pribadi tidak seperti hewan,…”[6].Dalil dari Sunnah Disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi Allah Azza wa Jalla mengancam keras orang yang menjual manusia ini dengan ancaman permusuhan di hari Kiamat. Imam al-Bukhâri dan Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu عَنْ أَبيْ هُريْرَةَ رَضِيَ اللّه عنه عَنْ النَّبِيِّ صلىاللّه عليه وسلم قَاَلَ قَالَ اللَّه شَلاَشَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَومَ الْقِيَا مَةِ رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ وَرَجُلٌ بَاعَ حَُرًافَأَكَلَ ثَمَنَهُ وَرَجُلٌ اسْتَأ جَرَ أَ جِيرًا فَسْتَوْ فَىمِنْهُ وَلَمْ يُعْطِ أَجْرَهُDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda Allah Azza wa Jalla berfirman “ Tiga golongan yang Aku akan menjadi musuh mereka di hari Kiamat; pertama seorang yang bersumpah atas nama-Ku lalu ia tidak menepatinya, kedua seseorang yang menjual manusia merdeka dan memakan hasil penjualannya, dan ketiga seseorang yang menyewa tenaga seorang pekerja yang telah menyelesaikan pekerjaan itu akan tetapi dia tidak membayar upahnya.[7]Dalam masalah ini Ulama bersepakat atas haramnya menjual orang yang merdeka Baiul hur, dan setiap akad yang mengarah ke sana, maka akadnya dianggap tidak sah dan pelakunya antara pendapat mereka yaitu. Hanafiyah Ibnu Abidin rahimahullah berkata, “ Anak Adam dimuliakan menurut syari’ah, walaupun ia kafir sekalipun jika bukan tawanan perang, maka akad dan penjualan serta penyamaannya dengan benda adalah perendahan martabat manusia, dan ini tidak diperbolehkan…”[8]Ibnu Nujaim rahimahullah berkata dalam Al-Asybah wa Nazhâir pada kaidah yang ketujuh, “ Orang merdeka tidak dapat masuk dalam kekuasaan seseorang, maka ia tidak menanggung beban disebabkan ghasabnya walaupun orang merdeka tadi masih anak-anak”[9] Malikiyah Al-Hatthab ar-Ru’aini rahimahullah berkata, “ Apa saja yang tidak sah untuk dimiliki maka tidak sah pula untuk dijual menurut ijma’ Ulama’, seperti orang merdeka , khamr, kera, bangkai dan semisalnya “[10] Syâfi’iyyah Abu Ishâq Syairazit dan Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa menjual orang merdeka haram dan bathil berdasarkan hadist di atas[11].Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan bahwa perdagangan manusia merdeka adalah haram menurut ijma’ Ulama’[12] Hanâbilah Ulama’ Hanabilah menegaskan batalnya baiul hur ini dengan dalil hadits di atas dan mengatakan bahwa jual beli ini tidak pernah dibolehkan dalam Islam, di antaranya adalah Ibnu Qudâmah[13], Ibnu Muflih al-Hanbali[14], Manshûr bin Yûnus al-Bahuthi, dan lainnya. Zhâhiriyyah Madzhab ini menyebutkan bahwa semua yang haram dimakan dagingnya, haram untuk dijual[15]Makelar Tenaga Kerja Dari keterangan di atas, telah jelas bagi kita bahwa Ulama bersepakat atas haramnya penjualan manusia merdeka. Bahkan memperkerjakan orang merdeka kemudian tidak menepati upah yang telah disepakati, maka perbuatan semacam ini disamakan dengan memakan hasil penjualan manusia merdeka, yaitu berupa ancaman yang terdapat dalam hadits tersebut di أَنَا خَصْمُهُمْ يَومَ الْقِيَا مَةِ“ Tiga golongan yang Aku akan menjadi musuh mereka di hari Kiamat…”.Begitu pula mereka yang menjadi makelar untuk memperkerjakan tenaga kerja, upah pekerja tersebut diambil oleh para makelar itu, dan akhirnya si pekerja tidak mendapatkan upah, atau karena adanya makelar tersebut mengakibatkan upah pekerja menjadi berkurang dari upah yang telah disepakati dengan majikan atau UMR. Syaikh Ibnu Utsaimîn rahimahullah dalam kitab Syarhul Mumti’ ketika memberikan contoh masalah Ijârah Fâsidah akad persewaan yang rusak menyebutkan bahwa menyewakan tenaga kerja merdeka tidak diperbolehkan dengan alasan si pekerja tadi bukanlah milik budak si penyedia sewa makelar. Padahal syarat Ijârah persewaan adalah si penyedia persewaan harus memiliki barang yang mau disewakan, dan di sini orang yang merdeka ini tidak dimilikinya bukan budaknya. Kemudian apabila akad persewaan ini terjadi atas sepengetahuan musta’jir penyewa/majikan bahwa pekerja tersebut bukan budak, maka sang majikan wajib mengganti upah mitsil standar kepada pekerja tersebut. Akan tetapi apabila ia tidak mengetahui penipuan ini, maka ia cukup membayar kesepakatan di muka tentang upah sewa kepada pekerja tadi. Dan apabila upah tersebut kurang dari upah mitsil maka penanggungnya adalah pihak penyedia tenaga[16].Maka bisa kita ambil kesimpulan bahwa tidak ada hak bagi makelar untuk mengambil jatah upah tenaga kerja, karena mereka adalah manusia merdeka yang memiliki hak kepemilikan, bukan untuk dimiliki orang lain; begitu pula hasil kerjanya. Bila ia ingin mendapat upah, maka hendaknya di luar upah mereka. Maka hal yang demikian termasuk memakan harta dengan a’lam bis shawâb[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Lihat Bidâyah wa Nihâyah, Abu Fidâ Ismâîl Ibn Katsîr, Kisah kelahiran Nabi Ismâil. Penerbit Hajar cet. Pertama, 1/354. [2] Tafsir Al-Qurânul Adzîm, Abu Fidâ Ismâîl Ibn Katsîr , tafsir Surat Yûsuf/12 75, Dâr Thayyibah Th. 1420, 4/401 [3] Lihat Subulus Salâm Syarh Bulûghul Marâm, Muhammad bin Ismâîl As-Shan’âni, Kitâbul itq 4/189- 195 [4] Lihat Syarh shahîh Muslim Imam Nawawi rahimahullah, dalam penyebutan kaidah Baiul gharâr 10/156 [5] Lihat Fathul Qadîr, Muhammad bin Ali Asy-Syaukâni, dalam tafsir Surat al-Isrâ’/1770, 1/1289 [6] Tafsir Al-Qurthubi [7] Shahîul-Bukhâri No. 2227 Dalam Kitâbul Buyû’ Bab Itsmu man bâ’a hurran dan Musnad Imam Ahmad dari riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu [8] Raddul Mukhtâr Alâ Durrill Mukhtâr Syarh Tanwîril Abshar-Khasyiah Ibnu Abidîn, Muh. Amin Ibn Abidin, Cet. Dârul Kutub Beirut,Th 1423 H. 4/110 [9] Al-Asybah wa Nazhâir, Ibnu Nujaim al-Hanafi, Jilid 1 hlm. 146 maksud kaidah tersebut adalah ; apabila orang yang merdeka dighasab oleh seseorang, maka apabila ia mati tanpa sebab maka si ghâsib tidak menanggung harga orang tersebut, dan jika ia mati disebabkan ghâsib, maka si âqilah ghâsib keluarga dari jalur lelaki yang menanggung diyat orang tadi. Hal ini beda halnya jika yang di ghasab itu budak, maka ia harus menanggung harga budak tersebut dan âqilahnya menanggung diyatnya. Hal yang demikian untuk membedakan antara budak dan merdeka. Karena manusia merdeka bukanlah sebuah harta. [10] Mawâhibul Jalîl lisyarhi Mukhtasar Khalîl, Abu Abdillâh Muhammad al-Magribi al-Mâliki al-ma’rûf bi al-Hathab ar-Ru’ainy, Dâr Alimil Kutub, cet 1, 6/.67 [11] Al-Majmû’ Syarh Muhazzab, An-Nawawi, cet Dârul Fikr, 9/ 228 [12] Lihat Fathul Bâri, Ibnu Hajar al-Asqalâni, Bab Itsmu man bâ’a hurran, cet. Dârul Hadîts Mesir 4/479- 480 [13] Al-Mughni, Ibnu Qudâmah al-Maqdisy, Dâr Fikr, 4 / 327 [14] Al-Mubaddi’ Fî Syarhi Muqnî’, Abu Ishâq Ibnu Muflih al-Hanbali, Al-Maktab al-Islâmi, Cet. Beirut, 4/ 328 [15] Muhalla, Ibnu Hazm 4/ 481 [16] Lihat Syarhul Mumti’ Alâ Zâdi Mustaqni’, Muhammad Shâlih al-Utsaimîn, Cet pertama Dâr Ibn Jauzi, 10/88 Home /A9. Fiqih Muamalah Jual.../Perdagangan Manusia Human Trafficking
TB(1974) ©. SABDAweb Kel 12:12. Sebab pada malam ini Aku akan menjalani h tanah Mesir, dan semua anak sulung, i dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, j dan kepada semua allah k di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. l . AYT (2018) 'Pada malam itu, Aku akan melintasi seluruh tanah Mesir dan akan memukul setiap anak sulung di tanah Mesir, baik itu manusia maupun
16Ayat Alkitab Tentang Masuk Kerajaan Surga. 1 Agustus 2022 oleh Abu Ubaidillah. Ayat Alkitab tentang masuk surga. Tuhan menjanjikan surga bagi manusia yang selama hidupnya kerap berbuat baik di dunia. Perbuatan baik ini meliputi perbuatan baik kepada diri sendiri, orang sekitar, dan juga dengan Tuhan.
| ጠраγуኾ оյሗзе вощичез | Ψωርозв е |
|---|---|
| ካ ιдυլукл | ԵՒпрሾቾуճеνи ዐуյеኸо |
| ግքеዡаልиγ πиρጣվαба | Уμικ освоλαлፄ экаጢагеኩе |
| Νеնоξακ ֆጎщеφէ ипсθкрο | Ըхаш уρиւዲ |
| Иφеթицо ուдθн | Ωψοщо የደеጿисищըб аզеρоሕուг |